Seringnya Downtime Sebabkan Banyak Bisnis Di Indonesia Kehilangan Data Dan Peluang


 Biasanya downtime akibatkan banyak usaha di Indonesia kehilangan data serta kesempatan. Menurut Hasil Riset Global TI: Usaha di Indonesia Kehilangan Sampai US$ 16 Juta sebab Data Hilang serta Downtime Tiap Tahunnya. Data hilang dengan cara global capai 400%, sesaat pebisnis di Indonesia menjelaskan mereka belum juga siap hadapi masa baru dari mobile, cloud serta big data.

Manfaatkan Forum Togel Untuk Menang

Biasanya Downtime Akibatkan Banyak Usaha Di Indonesia Kehilangan Data Serta Kesempatan EMC Corporation ini hari memberitahukan hasil riset perlindungan data global paling baru yang mengutarakan jika dalam periode waktu 12 bulan paling akhir perusahaan di Indonesia alami kehilangan sampai US$16 milyar sebab data hilang serta downtime, dibanding dengan rerata kehilangan US$34 milyar di teritori Asia Pasifik serta Jepang.

Biasanya Downtime Akibatkan Banyak Usaha Di Indonesia Kehilangan Data Serta Kesempatan Data hilang dengan cara global naik sampai 400% semenjak tahun 2012, serta yang mengagetkan, 71% golongan karieronal TI di Indonesia tidak percaya akan kekuatannya untuk melakukan perbaikan permasalahan setalah masalah berlangsung.


EMC Global Data Protection Index, yang dilaksanakan oleh Vanson Bourne, lakukan survey pada 3.300 pembikin ketetapan TI dari perusahaan kelas menengah sampai perusahaan besar di 24 negara, termasuk juga 125 responden dari Indonesia.


Beberapa rangkuman serta simpulan dari riset itu diantaranya, Di Indonesia, data hilang serta downtime mengakibatkan perusahaan kehilangan sampai US$16 juta


Dalam 2 tahun paling akhir perusahaan penjuru dunia kehilangan data rerata 400% (Perusahaan kehilangan rerata 24 juta e-mail tiap tahun)


Tetapi, 71% golongan karieronal TI belum percaya akan kekuatannya untuk melakukan perbaikan permasalahan ini.


Perusahaan dengan tiga vendor atau bisa lebih kehilangan data 4,72 kali yang serupa jumlahnya dengan perusahaan dengan satu vendor.


30% perusahaan di Indonesia masih tidak cukup rencana dalam soal pemulihan masalah untuk beban kerja yang ada. Cuma 16% yang mempunyai gagasan untuk big data, hybrid cloud serta mobile.


Cuma 7% perusahaan di Indonesia yang disebut "Leader" dalam soal perlindungan data, 11% ialah "Adopters", serta 82% masih ketinggalan.


Cina, Hong Kong, Belanda, Singapura serta Amerika Serikat ialah beberapa negara yang telah maju dalam soal perlindungan data. Swiss, Turki serta UAE masih bergerak lamban. Indonesia ada di rangking ke-8 dari 24 negara yang disurvei.


Guy Churchward, President, EMC Core Technologies menjelaskan "Riset ini menyorot efek besar moneter dari downtime serta data hilang yang tidak diperkirakan buat usaha di penjuru dunia. Sekitar 62% pembikin ketetapan TI yang diwawancarai berasa ditantang membuat perlindungan hybrid cloud, big data serta mobile; dapat dipahami bila umumnya dari mereka kurang percaya jika perlindungan data dapat menjawab rintangan usaha di waktu mendatang. Kami mengharap indeks perlindungan data global akan menggerakkan beberapa pimpinan TI untuk stop sesaat serta menilai lagi apa jalan keluar perlindungan data mereka sesuai keperluan usaha sekarang ini dan arah periode panjang perusahaan."


Disamping itu, Adi Rusli, Country Manajer, EMC Indonesia menjelaskan "Waktu usaha terus berupaya membuat perlindungan beban kerja mereka sekarang ini, hasil riset dari studi global ini memperlihatkan banyak perusahaan di Indonesia belum juga siap untuk hadapi rintangan perlindungan data yang ada bertepatan dengan lahirnya tehnologi storage data. Dengan perkembangan tehnologi perlindungan data bertepatan dengan timbulnya beberapa rintangan, usaha di Indonesia akan mendapatkan langkah yang bertambah gampang untuk memproteksi data mereka dengan masih ikuti perubahan serta memikir taktiks tentang perlindungan data agar menyiapkan diri bertambah bagus di dalam hadapi kejadian yang tidak diperkirakan serta mengonsumsi ongkos yang kemungkinan mengakibatkan downtime serta data hilang."


Popular Posts